TIMES PACITAN, PACITAN – Meski distribusi sempat mengalami keterlambatan, ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) di seluruh SPBU dan SPBUN di Kabupaten Pacitan hingga kini dalam kondisi aman.
Namun, karakteristik geografis Pacitan yang berbukit dan bergunung tetap menjadi tantangan utama dalam kelancaran pengiriman.
Plt. Kabid Perdagangan Disdagnaker Pacitan, Wahyu Dwi Cahyono, menjelaskan bahwa mekanisme pengiriman BBM sangat bergantung pada surat DO (delivery order) dari Pertamina. Penunjukan asal suplai pun sepenuhnya ditentukan oleh pusat.
“Distribusi BBM ke Pacitan tidak selalu dari Boyolali, kadang juga dari Surabaya. Kalau dari Boyolali biasanya lebih lancar. Tapi kalau dari Surabaya, bisa terhambat karena kondisi jalan, apalagi saat cuaca ekstrem, khususnya di jalur Tegalombo–Ponorogo,” kata Cahyo, Jumat (1/8/2025).
Meskipun tidak ada kelangkaan, ia mengakui bahwa keterlambatan pengiriman memang sempat terjadi.
“Biasanya pengiriman itu tergantung DO dari masing-masing SPBU. Kalau agak telat ya karena faktor cuaca dan akses jalan,” imbuhnya.
Sebagai langkah antisipasi saat hari besar dan libur panjang, Pemkab Pacitan rutin mengajukan kuota tambahan BBM bersubsidi.
“Biasanya kami ajukan 10 persen dari kuota yang ada per hari saat ada insidental seperti liburan,” jelas Cahyo.
Stok BBM di Pacitan Masih Terkendali, Pertalite Capai 66,7 KL
Stok bahan bakar minyak (BBM) di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kabupaten Pacitan hingga 30 Juli 2025 pukul 15.00 WIB dalam kondisi aman. Data dari Pertamina menunjukkan bahwa seluruh jenis BBM—baik subsidi maupun non-subsidi—masih tersedia dalam jumlah mencukupi untuk kebutuhan masyarakat.
Secara keseluruhan, total stok Pertalite di sepuluh SPBU aktif di Pacitan mencapai 66,7 kiloliter (KL). Solar subsidi tersedia 67,8 KL, Pertamax 17,8 KL, dan Dexlite 6,7 KL. Tak ada satu pun SPBU yang dilaporkan kehabisan stok atau mengalami kendala distribusi.
SPBU Arjowinangun (kode 44.635.17) tercatat sebagai penyimpan stok terbesar, dengan 14,6 KL Pertalite, 13,4 KL Solar subsidi, 4,5 KL Pertamax, dan 2 KL Dexlite. Disusul SPBU Tulakan (44.635.04) dengan stok 7,4 KL Pertalite dan 6,3 KL Solar. Sementara SPBU Ngadirojo (44.635.07) mencatat 7,3 KL Pertalite dan 6,8 KL Solar.
SPBU lainnya juga memiliki ketersediaan yang relatif stabil:
SPBU Ploso (44.635.10): 5,2 KL Pertalite, 5,8 KL Solar.
SPBU Tegalombo (44.635.05): 5,3 KL Pertalite, 6,1 KL Solar.
SPBU Nawangan (44.635.13): 4,2 KL Pertalite, 5,2 KL Solar.
SPBU Punung (44.635.06): 5,3 KL Pertalite, 5,8 KL Solar.
SPBU Sudimoro (44.635.15): 4,3 KL Pertalite, 4,6 KL Solar.
SPBU Pringkuku (44.635.09): 4,4 KL Pertalite, 5,4 KL Solar.
SPBU Bandar (44.635.08): 3,7 KL Pertalite, 4,4 KL Solar.
Meski begitu, proses penambahan kuota BBM subsidi tetap membutuhkan waktu. Contohnya SPBU Bangunsari yang kini masih dalam proses pengajuan kuota Pertalite dan Solar bersubsidi.
“Kebetulan SPBU Bangunsari saat ini baru menjual Pertamax dan Dexlite, jadi agak sepi. Kalau nanti sudah ada BBM subsidi, pasti lebih ramai,” ungkap Cahyo.
Ia menambahkan, pengajuan rekomendasi kuota dari Pemkab Pacitan ke Pertamina memang tidak bisa instan dan memerlukan verifikasi administratif yang ketat.
Dengan demikian, Pemkab Pacitan berharap masyarakat tetap tenang dan tidak melakukan panic buying.
"Selama proses berjalan sesuai dengan prosedur dan cuaca mendukung, distribusi BBM di Pacitan akan tetap terkendali," pungkas Cahyo. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Meski Stok BBM Pacitan Aman, Tapi Distribusi Dihantui Jalur dan Cuaca Ekstrem
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Faizal R Arief |