TIMES PACITAN, PACITAN – Meski belum punya alat sendiri, SMPN 4 Sudimoro Satu Atap Kabupaten Pacitan tetap semangat menanamkan pendidikan karakter nilai budaya kepada siswanya lewat ekstrakurikuler kerawitan.
Setiap Selasa sore, setelah jam pelajaran berakhir, puluhan siswa berkumpul untuk berlatih karawitan. Mereka memainkan gamelan pinjaman dari Pemerintah Desa Sembowo, karena sekolah belum memiliki perangkat sendiri.
Kepala SMPN 4 Sudimoro Satu Atap, Joko Priyanto, menyebut kerja sama ini lahir dari kesadaran bersama bahwa sekolah tidak bisa berjalan sendiri.

“Yang kami bangun bukan sekadar kegiatan seni, tapi karakter: disiplin, kerja sama, dan cinta budaya. Karena belum punya alat, kami berkolaborasi dengan Pemdes Sembowo,” ujarnya, Selasa (30/12/2025).
Dari total 91 siswa, 21 anak memilih kerawitan sebagai ekstrakurikuler pilihan, di luar kegiatan Pramuka dan Madin yang bersifat wajib, serta pilihan lain seperti bola voli dan PMR. Angka itu menunjukkan minat yang konsisten di tengah keterbatasan sarana.
Latihan dibimbing dua pelatih dari Desa Sembowo, Lamijo dan Misnan. Keduanya menilai siswa cukup cepat berkembang. “Mereka fokus, serius, dan mudah diarahkan. Ini modal penting dalam kerawitan,” kata Lamijo.
Sementara itu, Ketua Komite Sekolah, Jaman, menegaskan bahwa kegiatan ini memiliki dampak jangka panjang bagi lingkungan Sudimoro. “Kalau tidak dimulai dari sekolah, budaya bisa hilang. Kerawitan ini jadi ruang regenerasi,” ujarnya.
Dengan slogan “Bisa, Pasti Bisa, Harus Bisa”, SMPN 4 Sudimoro Satu Atap menjadikan keterbatasan sebagai ruang belajar bersama.
Sekolah pun mengajak lulusan SD di sekitar Sudimoro untuk bergabung, tumbuh dalam pendidikan yang tidak hanya mengejar nilai akademik, tetapi juga akar budaya. (*)
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Ronny Wicaksono |