TIMES PACITAN, NGAWI – Ngantri di ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS) SMKN 1 Sine, beberapa siswa tampak pucat dan lemas. Sebagian lainnya terpaksa dilarikan ke Puskesmas Sine, Puskesmas Ngrambe, hingga RS Aisyiyah Ngawi. Mereka mengalami gejala mual, muntah, hingga sesak napas.
Kasus itu mencuat usai upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Selasa (1/10/2025). Puluhan siswa SMKN 1 Sine tiba-tiba mengeluhkan sakit perut. Hingga Rabu siang, tercatat 35 siswa masih dirawat intensif.
Kasatreskrim Polres Ngawi AKP Aris Gunadi mengatakan, pihaknya langsung turun tangan setelah menerima laporan.
“Jadi kami tadi terima informasi pukul 10.00 WIB, kami dapat perintah Kapolres melakukan pengecekan. Langkah pertama kami mencari informasi dulu, mendalami apa penyebab dari anak-anak didik ini keracunan,” kata Aris.
Polisi bekerja sama dengan tenaga medis mengamankan sejumlah sampel untuk diperiksa lebih lanjut.
“Kita berkoordinasi dengan pihak puskesmas, membawa sampel ke forensik. Nanti hasilnya akan kita laporkan dan sampaikan apakah penyebabnya ada dari yang lain karena kita belum bisa memastikan apakah ada penyebab dari dugaan MBG atau seperti apa. Karena rentan waktu seperti yang disampaikan Wakil Bupati Ngawi, bahwa makannya pukul 14.00 WIB kemarin, gejalanya baru tadi pagi dirasakan,” ujarnya.
Aris menyebut, penyelidikan masih berjalan. Polisi menggali informasi dari pihak sekolah, siswa, orang tua, hingga tenaga kesehatan. “Semua kita bawa ke lab, baik dari muntahannya,” kata dia.
Kepala SMKN 1 Sine, Agus Setyabudi, membenarkan bahwa kasus ini muncul beberapa saat setelah upacara.
“Tadi pagi waktu setelah upacara hari Kesaktian Pancasila kemudian anak-anak masuk kelas kemudian ada satu dua anak yang ke belakang, makin lama main nambah, ada yang di UKS, ada yang jatuh, ada yang sesak, kemudian dibawa ke puskesmas,” ujar Agus.
Menurut Agus, sebagian siswa masih dirawat di puskesmas dan rumah sakit terdekat. Namun, jumlah pasti korban belum dapat dipastikan.
“Ada yang dirawat di Puskesmas Ngrambe, Aisyiyah, tapi kami belum konfirmasi berapa jumlahnya. Doakan saja ini tidak ada lagi masalah, semua baik-baik saja. Belum tahu persis, tadi Dinkes baru periksa lab,” katanya.
Agus juga menjelaskan mekanisme distribusi Makan Bergizi Gratis (MBG) pada hari kejadian.
“Apakah hari ini MBG diterima? Diterima, tapi karena anak-anak sudah pulang, tidak dibagikan. Ya nanti kan juga bau, jadi dikembalikan. Sekitar delapan hari sudah menerima MBG,” ujarnya.
Bahkan, ia mengaku pernah mencicipi makanan MBG. “Saya pernah ngincipi hari Selasa. Kemarin juga ada guru yang makan, karena anak sudah pulang, sisa lalu dimakan, sama juga sakit perut. Tapi nggak hapal berapa jumlahnya, kemarin saya kan nggak masuk,” tutur Agus.
Dinas Kesehatan Ngawi sudah turun tangan melakukan pemeriksaan laboratorium. Namun, hingga kini penyebab pasti belum dapat dipastikan. Dugaan mengarah pada makanan MBG, meski polisi dan tim medis masih menunggu hasil uji forensik.
Program MBG sendiri merupakan program pemerintah pusat yang bertujuan meningkatkan gizi siswa. Namun, kasus di Ngawi menimbulkan tanda tanya mengenai pengawasan distribusi makanan di lapangan.
Polisi memastikan akan terus mengusut tuntas kasus ini. “Kami masih menunggu hasil lab untuk memastikan sumber keracunan. Sementara ini fokus utama adalah memastikan anak-anak yang dirawat bisa segera pulih,” kata AKP Aris Gunadi. (*)
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |