TIMES PACITAN, PACITAN – Saat sebagian besar pelajar menikmati libur semester di rumah, puluhan siswi SMPN 3 Arjosari Satu Atap (Satap), Kabupaten Pacitan, memilih kembali ke sekolah. Mereka mengikuti latihan Tari Tayub, Rabu (24/12/2025), sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya Jawa.
Latihan tersebut digelar di tengah libur semester ganjil tahun ajaran 2025/2026. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala SMPN 3 Arjosari Satap, Sutrisna, S.Pd. Ia turun tangan mengajarkan gerak dasar hingga ekspresi Tari Tayub kepada para siswi.
Dengan iringan musik gamelan, para peserta tampak serius mengikuti setiap arahan. Latihan berlangsung sederhana, namun penuh konsentrasi. Tidak hanya teknik gerak yang ditekankan, tetapi juga pemahaman makna di balik tarian tradisional khas wilayah Mataraman tersebut.
Dukung Program Pelestarian Budaya Daerah
Sutrisna menegaskan, latihan Tari Tayub ini bukan kegiatan seremonial. Sekolah, kata dia, sengaja memanfaatkan masa libur untuk memberi ruang bagi siswa mengenal dan mencintai budaya lokal.

“Kegiatan latihan tari tayub ini merupakan upaya nyata kami untuk melestarikan budaya Jawa. Ini juga bentuk dukungan penuh sekolah terhadap program pemerintah daerah yang sedang menggalakkan pelestarian tayub di semua lapisan masyarakat,” ujar Sutrisna di sela kegiatan, Rabu (24/12/2025).
Menurutnya, sekolah memiliki peran strategis dalam menjaga keberlanjutan kesenian tradisional. Jika tidak dikenalkan sejak dini, Tari Tayub dikhawatirkan hanya akan menjadi catatan sejarah tanpa regenerasi.
“Anak-anak harus bersentuhan langsung dengan keseniannya, bukan hanya tahu dari cerita atau buku,” imbuhnya.
Libur Tetap Produktif
Antusiasme siswa terlihat meski kegiatan dilakukan di masa libur. Salah satu peserta, Fitri Nurfadillah, mengaku senang mengikuti latihan tersebut karena memberi pengalaman berbeda dibanding aktivitas liburan pada umumnya.
“Saya senang mengikuti kegiatan latihan ini. Selain membuat liburan jadi lebih bermanfaat, saya merasa ikut ambil bagian melestarikan budaya,” kata Fitri.
Ia menambahkan, selama libur sekolah ia kerap merasa jenuh karena terbatasnya kegiatan di rumah. “Daripada di rumah kurang kegiatan, latihan ini sekaligus mengisi waktu luang dengan cara yang positif,” tambahnya.
Tanamkan Nilai Budaya Sejak Dini
Tari Tayub dikenal sebagai tarian tradisional yang sarat nilai keselarasan, kesopanan, dan kebersamaan. Melalui latihan rutin ini, sekolah berharap siswa tidak hanya menguasai gerak tari, tetapi juga memahami nilai-nilai budaya Jawa yang melekat di dalamnya.
Langkah SMPN 3 Arjosari Satap ini menjadi contoh keterlibatan dunia pendidikan dalam pelestarian budaya lokal. Di tengah derasnya pengaruh budaya modern, Tari Tayub tetap mendapat ruang hidup di lingkungan sekolah.
Di lereng perbukitan Arjosari Pacitan, irama gamelan dan lenggok Tari Tayub kembali bergema sebagai praktik budaya yang terus dijaga generasi muda. (*)
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Ronny Wicaksono |