TIMES PACITAN, PACITAN – Kepala Dinas Pendidikan Pacitan, Khemal Pandu Pratikna, kembali mengingatkan pentingnya kolaborasi antara sekolah, komite, dan lingkungan sekitar. Menurutnya, kekompakan tiga elemen ini sangat menentukan kualitas pembelajaran dan karakter siswa.
Hal itu ia sampaikan saat berkeliling ke sejumlah sekolah di Kecamatan Arjosari, Rabu (19/11/2025). Khemal datang untuk melihat langsung kondisi sekolah, mendengar aspirasi guru, sekaligus memastikan proses belajar berjalan baik.
“Jangan jadikan sarana prasarana sebagai alasan sekolah tidak bisa maju. Sekarang eranya digital, sekolah harus cepat beradaptasi dengan teknologi. Bukan zamannya lagi hanya fokus cari lahan luas,” kata Khemal.
Dalam kunjungannya itu, Khemal menerima berbagai keluhan, mulai keterbatasan tempat ibadah, perpustakaan, hingga sarpras pendukung lain yang masih kurang. Ia juga menyoroti persoalan penggunaan handphone di kalangan siswa yang dinilai makin mengkhawatirkan.
“Kalau anak sudah kenal TikTok dan game online tanpa kontrol, itu bahaya. Guru dan orang tua harus benar-benar mengawasi. Kalau perlu, ada komitmen bersama soal penggunaan HP,” ujarnya.
Di SMPN 1 Arjosari, Khemal menanyakan soal aturan siswa yang belum cukup umur tetapi mengendarai sepeda motor. Pihak sekolah mengaku sudah menyiapkan dua bus antar jemput sebagai salah satu solusi.

“Kalau bisa melibatkan komite dan lingkungan sekitar, hasilnya pasti lebih maksimal,” tambahnya.
Khemal juga berpesan kepada para guru agar terus memotivasi siswa. Ia meminta sekolah memastikan anak-anak tidak minder hanya karena tinggal di desa.
“Jangan kalah inovasi dengan sekolah-sekolah di kota,” ucapnya.
Ia menilai persoalan siswa yang tinggal jauh dari sekolah perlu dipetakan dengan benar. Data yang akurat dibutuhkan untuk mencari solusi bersama agar transportasi siswa lebih aman dan terjangkau.
SMPN 1 Arjosari sendiri memiliki 753 siswa dengan 24 rombel. Guru setempat, Suprayitno, menyebut drum band menjadi prestasi andalan sekolah. Sementara Guru BK Bhima Agung Nugraha mengatakan sekolahnya menerapkan sistem anti-bullying.
“Kalau ada indikasi, langsung kami tangani sebelum berkembang ke arah kekerasan,” ujarnya.
Kunjungan berlanjut ke sekolah dasar dan TK. Kepala SDN Tremas, Sulistyowati, menjelaskan sekolahnya yang memiliki 164 siswa berada di jalur ramai sehingga guru harus ekstra mengawasi saat siswa menyeberang jalan.
Kepala SDN 1 Sedayu, Aminudin, melaporkan jumlah siswanya kini 90 anak. Sedangkan Kepala SDN 1 Mlati, Mujiyanto, menyebut jumlah siswanya terus menurun hingga tinggal 98 anak.
Di tingkat PAUD, Kepala TK Tunas Muda Sedayu, Siti Masrofah, mengatakan siswanya tidak hanya berasal dari Desa Sedayu, tetapi juga dari desa lain.
“Kami siap berinovasi agar kualitas belajar anak-anak sesuai harapan pemerintah,” kata Siti.
Selain itu, Khemal menegaskan, Dinas Pendidikan akan terus mendatangi sekolah satu per satu untuk memastikan semua berjalan baik. Ia berharap kolaborasi yang kuat antara sekolah, komite, dan masyarakat bisa mendorong pendidikan di Pacitan semakin maju. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kepala Dindik Pacitan Minta Sekolah Lebih Kompak dengan Komite dan Lingkungan
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Deasy Mayasari |