TIMES PACITAN, PACITAN – SMPN 2 Arjosari, Kabupaten Pacitan kembali menorehkan prestasi di tingkat provinsi setelah berhasil masuk 15 besar Inovasi Teknologi (Inotek) Award Jawa Timur 2025 yang digelar Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Jawa Timur.

Di bawah kepemimpinan Kepala Sekolah Pujo Basuki, M.Pd., SMPN 2 Arjosari dinilai berhasil menghadirkan inovasi pendidikan yang menggabungkan kreativitas, teknologi, dan penguatan karakter kewirausahaan siswa.

Penghargaan Inotek Award diberikan kepada instansi yang mampu membangun ekosistem riset dan inovasi, terutama yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas layanan publik, termasuk sektor pendidikan.

Prestasi SMPN 2 Arjosari tak lepas dari program unggulan bertajuk Jarik Wiru  (Belajar Ilmu Komunikasi dan Wirausaha). Program ini dirancang sebagai proyek ko-kurikuler yang memberi pengalaman belajar nyata bagi siswa, tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga melalui praktik langsung.

Dalam pelaksanaannya, JARIK WIRU bertumpu pada dua fokus utama. Pertama, produksi ramah lingkungan, melalui pembuatan batik ecoprint yang memanfaatkan bahan-bahan alami sehingga aman bagi lingkungan.

Kedua, digitalisasi pemasaran, di mana siswa dibekali keterampilan memasarkan produk melalui platform e-commerce berupa website yang mereka bangun secara mandiri.

Melalui pendekatan ini, karya siswa tidak berhenti sebagai pajangan sekolah, tetapi benar-benar diperkenalkan ke pasar yang lebih luas. Proses tersebut sekaligus melatih kemandirian, kreativitas, dan pemahaman siswa terhadap dunia usaha modern.

“Program ini menjadi ruang belajar bagi siswa untuk menciptakan produk ramah lingkungan sekaligus memahami strategi pemasaran digital dari hasil karya mereka sendiri,” ujar Pujo Basuki saat rapat koordinasi sekolah, Selasa (16/12/2025).

Pujo menegaskan, capaian di ajang Inotek Award 2025 bukanlah tujuan akhir. Menurutnya, keberhasilan ini justru menjadi titik awal transformasi pembelajaran yang lebih kontekstual dan berkelanjutan di SMPN 2 Arjosari.

“JARIK WIRU adalah program andalan kami. Seluruh warga sekolah harus terlibat dan mendukung agar program ini terus berjalan dan berkembang,” tegasnya.

Prestasi tersebut menjadi bukti bahwa sekolah di wilayah pedesaan tetap mampu melahirkan inovasi yang kompetitif. Keterbatasan geografis, bagi SMPN 2 Arjosari, bukan hambatan untuk berprestasi di tingkat provinsi. (*)