TIMES PACITAN, PACITAN – Sekolah di pelosok tidak selalu identik dengan pembelajaran yang tertinggal. SMPN 5 Tegalombo Satu Atap di Kabupaten Pacitan justru menunjukkan hal sebaliknya.
Sekolah yang berada di Dusun Tanjung, Desa Ploso, Kecamatan Tegalombo ini menghadirkan sebuah inovasi pembelajaran yang sederhana, namun berdampak nyata bagi murid dan guru.
Inovasi itu diberi nama DISPRO-M TERAKOLA, singkatan dari Display Projek Murid Interaktif Kolaboratif. Program ini resmi dijalankan sejak 9 Oktober 2025 dan menjadi ruang bagi murid untuk menampilkan hasil projek pembelajaran yang telah mereka kerjakan di kelas.
Lewat DISPRO-M TERAKOLA, hasil belajar tidak lagi berhenti di buku tugas atau nilai rapor. Karya murid dipajang, dilihat, didiskusikan, dan diapresiasi bersama.
Program ini digagas di bawah kepemimpinan Kepala SMPN 5 Tegalombo Satu Atap, Imam Mashudi, S.Pd. Ia ingin pembelajaran tidak sekadar tuntas secara materi, tetapi juga memberi pengalaman yang bermakna bagi murid.
“Anak-anak tidak hanya mengerjakan tugas, tetapi memahami prosesnya dan berani menjelaskan hasil karyanya,” ujarnya.
Bukan Sekadar Pajangan
Berbeda dengan pameran biasa, DISPRO-M TERAKOLA dirancang sebagai ruang interaksi. Murid yang memajang karya diminta menjelaskan ide, proses, hingga tantangan yang mereka hadapi selama mengerjakan projek. Teman-teman dan guru kemudian memberi tanggapan, masukan, sekaligus apresiasi.
Di ruang inilah diskusi terjadi. Murid belajar menyampaikan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, dan merefleksikan proses belajarnya sendiri. Tak jarang, dari diskusi sederhana itu muncul pemahaman baru, momen “oh, ternyata begitu”.
Model ini juga membantu murid membangun rasa percaya diri. Karya mereka dihargai, prosesnya diakui, dan usaha mereka terlihat.
Digelar Setiap Tiga Bulan
DISPRO-M TERAKOLA tidak bersifat insidental. Sekolah menetapkannya sebagai agenda triwulanan. Setiap tiga bulan, display diperbarui sesuai dengan materi dan projek terbaru yang dipelajari murid.
Pola ini membuat pembelajaran terasa segar dan berkelanjutan. Murid punya target yang jelas, sementara guru terdorong merancang pembelajaran yang lebih kreatif dan aplikatif.
“Kami ingin pembelajaran itu tidak memberatkan, tapi justru memberi kepuasan batin, baik bagi murid maupun guru,” kata Imam Mashudi.
Ia menegaskan, tujuan utama inovasi ini adalah menghadirkan pembelajaran yang lebih mendalam, berkesadaran, bermakna, dan tetap menggembirakan.
Dampak Mulai Terasa
Sejak program ini berjalan, suasana belajar di SMPN 5 Tegalombo Satu Atap terasa berbeda. Murid lebih antusias mengerjakan projek karena tahu hasil kerjanya akan dipresentasikan dan diapresiasi. Guru pun merasa tertantang untuk menghadirkan pembelajaran yang relevan dan kontekstual.
DISPRO-M TERAKOLA menjadi bukti bahwa inovasi pendidikan tidak selalu harus rumit. Dengan ruang apresiasi dan interaksi yang tepat, pembelajaran bisa terasa lebih hidup, meski jauh dari pusat kota.
Dan dari Dusun Tanjung, sebuah praktik baik pendidikan kini mulai berbicara lebih luas di Pacitan. (*)
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Ronny Wicaksono |