https://pacitan.times.co.id/
Berita

Ketua PP Pergunu Ingatkan Perayaan Maulid Nabi Jangan Hanya Seremonial

Minggu, 07 September 2025 - 10:09
Ketua PP Pergunu Ingatkan Perayaan Maulid Nabi Jangan Hanya Seremonial Ketua PP Pergunu Dr KH Nasrullah Afandi. (FOTO: Dok Pribadi)

TIMES PACITAN, JAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), Dr KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA, atau akrab disapa Gus Nasrul, mengingatkan umat Islam agar tidak terjebak dalam euforia seremonial belaka saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. 

Menurutnya, Maulid Nabi seharusnya menjadi momentum menghayati nilai-nilai luhur yang dibawa Rasulullah SAW, bukan sekadar ritual tahunan, tanpa makna. 

Gus Nasrul lalu membedah materi khutbah Jumat yang ia bacakan kemarin lusa di Masjid Agung Baitul Makmur Kabupaten Jepara, dengan tema "Kiat Tepat Mencintai Nabi Muhammad di Era Modern" kepada wartawan. 

“Kami mengajak semua elemen bangsa Indonesia, para pejabat tinggi, hingga warga negara di pelosok-pelosok daerah, di bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW ini, mari kita memetik hikmah. Semua umat Islam seluruh dunia sedang bersuka cita, bergembira memperingati maulid Nabi Muhammad SAW,”  katanya, Minggu (7/9/2025). 

Ia menekankan bahwa  semarak merayakan maulid, itu jangan sampai hanya berhenti pada kemeriahan acara. 

“Perlu diingat, dalam suasana semarak memperingati Maulid Nabi, kita jangan terjebak hanya gegap gempita seremonial belaka, setelah selesai acara tidak ada bekas bertambahnya kesalehan sama sekali,” tegasnya.

Hikmah Kelahiran Nabi

Gus Nasrul memaparkan, setidaknya ada empat hikmah yang perlu direnungkan setiap kali umat Islam memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Pertama, lahirnya Nabi Muhammad menandai berakhirnya zaman kegelapan jahiliyah yang penuh kebodohan dan kerusakan akhlak. Kedua, peringatan Maulid adalah ekspresi kecintaan yang tulus kepada Rasulullah berdasarkan iman.

“Ketiga, kelahiran Nabi merupakan anugerah besar. Kita patut bersyukur menjadi umat beliau, satu-satunya utusan Allah yang bisa memberikan pertolongan kepada umatnya kelak di hari kiamat,” jelas Kiyai muda muda alumnus universitas al-Qurawiyin Maroko itu. 

Keempat, kecintaan kepada Nabi harus diwujudkan dalam ketaatan kepada ajarannya. “Pertolongan Nabi tidak akan bisa kita peroleh jika kita tidak menaati perintahnya dan tidak menjauhi larangannya,” tambahnya.

Ujian di Era Modern

Di era modern, lanjut Gus Nasrul, kecintaan kepada Rasulullah seringkali hanya ditunjukkan lewat simbol-simbol di media sosial. Mulai dari tulisan, gambar, hingga video bertagar Cinta Rasul.

“Ingat, mencintai Nabi Muhammad SAW, tidak cukup dengan tulisan-tulisan, gambar-gambar, atau video di media sosial.  atau bersholawat berkumpul ribuan orang di lapangan, 
Itu semua hanya pemanis atau simbolis belaka", ujarnya.

Ia mengutip opini ulama besar Qadi Iyyadh dalam kitab As-Syifa bi Ta’rif Huquqil Musthafa yang menegaskan ada empat tanda cinta kepada Nabi SAW. Yakni meyakini syafaat Nabi di akhirat, melaksanakan sunnahNya, selalu mengingat beliau, mendahulukan Nabi daripada kepentingan pribadi, serta mencenderungkan hati pada ajarannya.

Kritik Sosial

Gus Nasrul juga menyindir fenomena di masyarakat yang kerap mengaku cinta Nabi, tetapi perbuatannya tidak mencerminkan hal itu.

“Jika ada orang status medsosnya penuh dengan cinta Nabi, tapi masih suka judi online, menipu, menyebar hoaks, atau provokasi, itu jelas tidak sejalan dengan ajaran beliau,” tegasnya.

Ia juga menyoroti pejabat yang rutin menggelar peringatan Maulid Nabi secara besar-besaran, tetapi masih terlibat praktik mega korupsi. Begitu pula orang kaya yang rumahnya penuh kaligrafi dan hiasan shalawat, namun tetap sombong dan angkuh.

“Bukan hanya itu, banyak masyarakat yang rajin membaca barzanji, marhaban, dan burdah dari awal Rabiul Awwal hingga hari ke-12, tapi masih suka menyakiti sesama dan tidak rukun dengan tetangga. Itu semua sejatinya tanda bahwa di hatinya belum ada rasa mencintai Nabi,” tegas pakar Maqashid Syariah itu.

Begini Cara Tepat Cinta Sejati Pada Nabi

Gus Nasrul juga menegaskan, bahwa hakikat mencintai Nabi adalah mengikuti ajaran beliau, bukan sekadar simbol atau ucapan. Ia mengutip pendapat ulama besar Sufyan at-Tsauri:

“Al-Mahabbah Ittiba’ur Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,” yang berarti “Cinta Nabi adalah mengikuti ajaran Rasulullah SAW.”

Hal itu juga ditegaskan dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 31, konteks mencintai Allah, Allah berfirman, “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku.”

Jika cinta Sejati pada Nabi bisa diterapkan, maka negara akan menjadi aman, tentram, maju, sejahtera. Tanpa kedholiman para pejabat. 

“Jadi, bukan termasuk orang yang mencintai Allah, dan bukan pula mencintai Nabi Muhammad SAW, jika sikapnya tidak sesuai perintah dan ajaran beliau,” pungkas Gus Nasrul.

Kiai muda yang aktif ceramah di seluruh Indonesia itu berharap pesan tersebut dapat menjadi renungan bersama, sehingga peringatan Maulid Nabi benar-benar membekas dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, hingga kehidupan berbangsa dan bernegara. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Pacitan just now

Welcome to TIMES Pacitan

TIMES Pacitan is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.