TIMES PACITAN, PACITAN – Merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Pacitan membuat para pedagang daging sapi dan bakso kewalahan.

Omzet dagangan terjun bebas, bahkan sampai menyentuh angka 75 persen. Pasar Arjowinangun, yang biasanya ramai pembeli, kini sepi. Beberapa lapak daging bahkan kosong, ditinggalkan pemiliknya.

Pedagang daging sapi, Ira Marliana (35) yang sudah puluhan tahun berjualan di Pasar Arjowinangun, mengaku tak pernah menghadapi situasi separah ini. 

Sebelum wabah, ia mampu menjual satu ekor sapi seberat 500 kilogram setiap hari. Namun sekarang, butuh waktu tiga hari untuk menghabiskan stok yang sama.

“Omzet kami hancur, turun sampai 75 persen. Pembeli takut beli daging sapi. Biasanya sehari laku satu ekor, sekarang tiga hari pun belum tentu habis,” kata Ira, Kamis (16/1/2025).

Kondisi ini juga menghantam para pedagang bakso. Meski sudah memastikan daging yang digunakan bebas dari PMK, pembeli tetap saja ogah mampir. Penurunan pendapatan tak terhindarkan.

“Dagingnya sudah saya pastikan aman, belinya juga dari daerah bebas PMK. Tapi tetap saja pembeli takut. Pendapatan saya turun 30 persen,” ujar pedagang bakso, Adi Prayoga. 

Sejak wabah merebak, PMK telah menyebar ke 12 kecamatan di Pacitan dengan lebih dari 804 kasus. Sebanyak 57 ekor sapi dilaporkan mati. 

Namun, bagi pedagang daging sapi dan bakso, situasi PMK masih jauh dari kata membaik. 

Omzet yang anjlok drastis membuat mereka terseok-seok, mencoba bertahan di tengah ketakutan pembeli. Jika kondisi PMK di Kabupaten Pacitan tak segera tertangani dengan baik, ekonomi rakyat kecil bisa makin terpuruk. (*)