TIMES PACITAN, PACITAN – SMPN 3 Punung Pacitan memilih cara sederhana namun bermakna untuk menumbuhkan kreativitas siswa. Sekolah ini mengajak peserta didik belajar membuat batik ecoprint dengan memanfaatkan tanaman di sekitar Desa Wareng, Kecamatan Punung.
Program praktik batik ecoprint ini menjadi bagian dari upaya sekolah membekali siswa dengan keterampilan berbasis lingkungan sekaligus mendukung langkah menuju Sekolah Adiwiyata.

Kepala SMPN 3 Punung, Katni, mengatakan pembelajaran tidak harus selalu berlangsung di ruang kelas. Lingkungan sekitar sekolah justru menyimpan banyak potensi untuk dijadikan sumber belajar.
“Anak-anak kami ajak langsung ke tempat pengrajin agar mereka belajar dari proses nyata. Mereka melihat sendiri bagaimana daun dan bunga bisa menjadi motif kain bernilai,” kata Katni.
Dalam kegiatan tersebut, para siswa belajar di sanggar D’Naji Ecoprint yang berada di Desa Wareng. Di lokasi itu, siswa dikenalkan teknik ecoprint—metode membatik yang memanfaatkan daun, bunga, dan kulit kayu sebagai pewarna alami tanpa bahan kimia.

Berbeda dengan batik konvensional, ecoprint menghasilkan motif yang tidak pernah sama. Daun jati, ketapang, mangga, kulit kayu nangka, bunga rosella, hingga akar mengkudu menjadi bahan utama yang dicoba siswa dalam proses belajar.
Menurut pihak sekolah, tujuan kegiatan ini bukan semata menghasilkan kain bermotif. Lebih dari itu, siswa dilatih telaten, bekerja sama, dan peka terhadap potensi alam di sekitarnya.
“Anak-anak belajar bahwa alam bisa memberi nilai ekonomi tanpa harus dirusak,” ujar Katni.
Ke depan, sekolah berharap keterampilan ini dapat menumbuhkan jiwa kreatif dan wirausaha siswa sejak dini, sekaligus menanamkan kesadaran menjaga lingkungan.
SMPN 3 Punung yang berlokasi di Desa Ploso, Kecamatan Punung, terus mengintegrasikan pembelajaran berbasis pelestarian lingkungan dalam kegiatan sekolah sebagai bagian dari visi menuju sekolah hijau di Kabupaten Pacitan. (*)
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Faizal R Arief |