TIMES PACITAN, PACITAN – Sebanyak 203 calon jemaah haji (CJH) asal Kabupaten Pacitan resmi diberangkatkan menuju Tanah Suci pada Sabtu, 17 Mei 2025.
Prosesi pemberangkatan yang berlangsung di Pendopo Kabupaten Pacitan pukul 11.00 WIB itu dipimpin langsung oleh Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji.
Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kantor Kemenag Pacitan, Mutongin, menegaskan bahwa pelayanan terhadap jemaah lansia akan menjadi prioritas selama pelaksanaan ibadah haji di Mekah dan Madinah.
“Kami pastikan yang lansia tetap diprioritaskan oleh petugas pendamping kesehatan,” tegas Mutongin saat ditemui usai prosesi pemberangkatan.
Menurut data Kemenag Pacitan, dari total 203 jemaah yang diberangkatkan, sebanyak 93 orang adalah laki-laki dan 113 lainnya perempuan.
Di antara mereka, Thohir Saleh Ahmad (93), warga Dusun Tanggung RT 004 RW 010, Desa Bubakan, Kecamatan Tulakan, tercatat sebagai calon jemaah tertua dari Pacitan tahun ini.
Dalam hal teknis, setiap jemaah dibatasi membawa koper besar seberat maksimal 32 kilogram dan koper kabin seberat maksimal 7 kilogram.
Mutongin berharap pelaksanaan ibadah haji tahun ini berjalan lebih baik dibanding tahun sebelumnya.
“Tahun kemarin jumlah jemaah kita 306 orang. Meskipun tahun ini hanya 203, semoga pelayanan dan pengawalan lebih optimal,” ujarnya.
Tiga Calon Jemaah Gagal Berangkat
Dari total 206 calon jemaah haji yang terdaftar tahun ini, tiga di antaranya dipastikan batal berangkat. Salah satunya adalah Suwarno bin Karbito Karsoijoyo, warga Kelurahan Baleharjo, yang seharusnya tergabung dalam kloter 55. Namun karena mengalami penurunan kondisi kesehatan pasca kecelakaan lalu lintas, pihak keluarga memutuskan untuk membatalkan keberangkatannya.
“Satu CJH tahun ini dipastikan tidak bisa berangkat karena kondisi kesehatannya. Keluarga menyampaikan bahwa Suwarno mengundurkan diri untuk pemberangkatan tahun ini,” jelas Mutongin.
Sebelum Suwarno, pasangan suami istri Nanik Hayati binti Jafar dan Sukatno bin Dulrahman Djojo juga dipastikan batal menunaikan ibadah haji. Nanik lebih dahulu meninggal dunia, dan sang suami yang tergabung dalam skema penggabungan mahram akhirnya tidak berangkat karena tidak ada pendamping.
“Ya, ini yang mundur jadi tiga orang. Satu meninggal dunia, suaminya ikut batal karena penggabungan mahram, dan terakhir ini, satu lagi karena sakit,” imbuh Mutongin.
Persiapan Maksimal dari Kemenag dan Pemkab
Sementara itu, Ardian Mustofa, salah satu calon jemaah haji asal Kecamatan Bandar, menyampaikan apresiasinya atas kesiapan dan perhatian dari Kemenag serta Pemkab Pacitan. Ia menilai, koordinasi lintas sektoral di setiap kecamatan sudah berjalan baik.
“Secara umum, Kemenag Pacitan dan Pemkab sudah menyiapkan dengan maksimal, termasuk pengawalan per kecamatan,” kata Ardian.
Ardian mengaku telah mendaftar haji sejak pertengahan 2016 dan sempat masuk daftar cadangan. Namun, berkat skema pelimpahan kuota, ia bersyukur akhirnya bisa berangkat tahun ini.
“Alhamdulillah, meskipun sempat jadi cadangan, saya masih bisa berangkat tahun ini,” ucapnya.
Untuk diketahui, total biaya perjalanan haji bagi jemaah asal Jawa Timur tahun ini mencapai Rp61 juta.
Dengan semangat dan kesiapan yang matang, diharapkan seluruh jemaah haji asal Pacitan dapat menjalankan ibadah dengan lancar dan kembali ke tanah air dalam keadaan sehat dan mendapatkan predikat haji mabrur. (*)
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |