TIMES PACITAN, PACITAN – Harapan untuk memperkuat regenerasi petani di Kabupaten Pacitan mendapat angin segar lewat Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS).
Sejak digulirkan pada 2021, Program YESS telah menjangkau 14.598 penerima manfaat di Kabupaten Pacitan. Dari jumlah itu, 7.602 orang laki-laki dan 6.996 orang perempuan ikut serta. Kecamatan dengan penerima manfaat terbanyak adalah Bandar (1.806 orang), sedangkan yang terendah adalah Tegalombo (818 orang).
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pacitan Sugeng Santoso mengatakan, persoalan regenerasi petani menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat. Selama ini, sektor pertanian di Pacitan masih banyak digeluti oleh petani berusia lanjut.
Verval penerima hibah kompetitif program YESS oleh DKPP Pacitan. (FOTO: DKPP for TIMES Indonesia)
“Petani di Pacitan saat ini didominasi usia lanjut. Sedangkan milenial ini kebanyakan kurang begitu berminat untuk terjun secara langsung di sektor pertanian, terutama di budidaya,” kata Sugeng saat ditemui di kantornya, Selasa (14/10/2025).
Namun situasi itu perlahan berubah. Hadirnya Program YESS yang merupakan hasil kolaborasi Kementerian Pertanian (Kementan) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) — berhasil menumbuhkan minat generasi muda terhadap sektor pangan.
“Alhamdulillah, di Pacitan selama lima tahun terjun ada pendampingan program YESS, banyak juga hasil dari program ini. Pada akhirnya pemuda berminat terjun, mulai pembibitan, jual beli hasil pertanian, juga budidayanya seperti peternakan kambing dan tanaman hortikultura. Ada perkembangan,” ujarnya.
Upaya Membangun Generasi Petani Baru
Program YESS dirancang untuk memperkuat kapasitas generasi muda dalam bidang pertanian, baik dari sisi kompetensi teknis maupun kemampuan kewirausahaan. Sasarannya jelas: mencetak petani muda tangguh yang mampu beradaptasi dengan tantangan zaman.
“Peserta program ini usia produktif, di bawah 39 tahun. Sesuai laporan yang masuk ke kami, ada beberapa yang sampai saat ini masih berhasil mengembangkan usahanya, baik peternakan maupun budidaya pertanian. Masih bertahan dan alhamdulillah berlanjut,” kata Sugeng.
Meski begitu, tidak semua peserta melanjutkan usahanya setelah program berakhir. “Walaupun ada beberapa yang setelah mendapatkan pendampingan tidak ada tindak lanjut, selesai. Ini harus kita akui. Sedikit banyak program YESS telah membantu kami dalam melakukan regenerasi petani,” tambahnya.
Sugeng menjelaskan, selama mengikuti program, para peserta mendapatkan pelatihan manajemen usaha, pelatihan teknis budidaya, hingga penyusunan proposal bisnis. Setelah itu, mereka dapat mengajukan bantuan hibah kompetitif melalui proses seleksi dan verifikasi ketat.
“Tidak semua petani milenial yang mendampingi dapat bantuan, tetapi melalui seleksi dan verifikasi. Ada sekian ribuan yang kemarin berhasil mendapatkan bantuan di Pacitan, baik individu maupun kelompok,” ujarnya.
Langkah Strategis
Keberlanjutan menjadi kunci utama dalam regenerasi petani. Untuk itu, DKPP Pacitan menyiapkan strategi mendorong penerima manfaat Program YESS agar masuk ke kelompok tani. Dengan begitu, mereka bisa terus mendapatkan pendampingan, akses program, dan dukungan teknis dari pemerintah.
“Arah kami nanti kalau bisa semua penerima manfaat masuk menjadi anggota kelompok tani. Saat ini kami proses, karena memang ada perhatian dan penekanan juga dari pemerintah pusat,” jelas Sugeng.
Menurutnya, menjadi anggota kelompok tani sangat penting karena semua fasilitas dan program dari pemerintah hanya dapat diberikan melalui kelompok. “Kalau tidak masuk ke kelompok tani, kami dari dinas tidak bisa memfasilitasi,” tegasnya.
Sugeng menambahkan, dalam satu hingga dua tahun ke depan, pihaknya akan terus mendorong penyuluh pertanian untuk melakukan pendekatan kepada petani muda penerima manfaat Program YESS. “Saya minta teman-teman penyuluh melakukan pendekatan dan sosialisasi ke petani milenial yang kemarin mendapat pelatihan untuk dimasukkan ke kelompok tani. Tapi tidak serta-merta datanya dimasukkan,” katanya.
Minat Milenial ke Peternakan
Koordinator Program YESS DKPP Pacitan, Sutarman, mengungkapkan bahwa sebagian besar peserta program cenderung memilih sektor peternakan dibanding pertanian tanaman pangan atau hortikultura. Faktor utama pendorongnya adalah keterbatasan air di Pacitan.
“Milenial lebih cenderung ke sektor peternakan. Karena kalau pertanian dan hortikultura faktornya keterbatasan air. Meskipun kami sudah upayakan program irigasi pompanisasi untuk menyedot air baku, tapi belum bisa mencukupi,” kata Sutarman.
Jenis peternakan yang banyak dipilih antara lain ayam, kambing, sapi perah dan daging, serta domba. “Domba lebih tahan secara fisik dari penyakit,” imbuhnya.
Peran Strategis Sektor Pertanian Pacitan
Regenerasi petani muda menjadi penting mengingat peran sektor pertanian terhadap ekonomi Pacitan cukup besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Pacitan, sektor pertanian dan perkebunan menyumbang sekitar 26,11 persen terhadap struktur ekonomi daerah pada triwulan I 2025. Namun, produksi pertanian sempat melambat, ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi awal tahun ini.
Sutarman menambahkan, regenerasi petani tidak hanya untuk menjaga keberlanjutan produksi pangan, tetapi juga menopang stabilitas ekonomi lokal. “Kalau tidak ada regenerasi, sektor pertanian akan semakin ditinggalkan. Kita butuh anak muda yang bisa melanjutkan dan berinovasi,” tegasnya.
Selain itu, Pacitan memiliki 1.502 kelompok tani dengan total anggota lebih dari 121 ribu orang. Jumlah ini menjadi potensi besar dalam mempercepat regenerasi petani bila digarap secara serius dan berkelanjutan.
Meski Program YESS resmi berakhir pada Juli 2025. Namun, Sugeng berharap ada program serupa yang dapat menjadi wadah penguatan kapasitas anak muda di sektor pertanian. Menurutnya, tanpa keberlanjutan program, regenerasi petani bisa kembali melambat.
“Harapan kami ada kegiatan serupa, walaupun bukan program YESS lagi. Tapi ada kegiatan yang bisa diakses kaum milenial agar mereka tetap termotivasi di sektor pertanian,” ujar Sugeng. (*)
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Deasy Mayasari |