TIMES PACITAN, PACITAN – Bagi Komandan Distrik Militer 0801 Pacitan (Dandim 0801 Pacitan), Letkol Arh Imam Musahirul, menjaga kedamaian dan ketertiban di wilayah adalah nomor satu.
Ia mengingatkan bahwa berbagai kejadian yang menimbulkan gejolak di sejumlah daerah tidak perlu ditiru oleh masyarakat Pacitan.
“Kejadian yang ada di beberapa tempat lain tidak perlu diikuti. Itu bukan budaya kita. Budaya Pacitan itu adem, ayem, toto tentrem Karto raharjo, gemah ripah loh jinawi. Kita tidak usah ikut wilayah lain,” ujar Imam Musahirul, Selasa (2/9/2025).
Menurutnya, masyarakat Pacitan memiliki tradisi hidup rukun yang sudah mengakar sejak lama. Situasi kondusif tersebut harus terus dijaga bersama agar daerah tetap aman dan tenteram. Ia menekankan bahwa menjaga keamanan bukan hanya tugas aparat, tetapi tanggung jawab semua elemen masyarakat.
“Ketenteraman, ketertiban, keamanan, kedamaian adalah tanggung jawab bersama. Jadi tidak ada yang lebih penting atau tidak penting. Semuanya penting,” tambahnya.
Letkol Imam menegaskan, satu orang saja yang tidak peduli pada lingkungan dan tidak ikut menjaga ketertiban, bisa mengganggu keamanan secara keseluruhan. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk tetap bersatu dan mengutamakan kepentingan bersama.
“Satu saja tidak ikut bertanggung jawab, keamanan pasti akan terganggu. Semua penting,” tegasnya.
Pernyataan tersebut menjadi penegasan kembali bahwa stabilitas daerah tidak bisa hanya diserahkan kepada aparat keamanan. Masyarakat yang sadar akan pentingnya ketertiban akan mampu membangun lingkungan yang nyaman bagi semua.
Dalam konteks sosial, budaya Pacitan yang dikenal dengan karakter adem dan penuh kekeluargaan dinilai menjadi benteng alami dari berbagai potensi konflik. Nilai-nilai ini pula yang disebut Dandim sebagai warisan leluhur yang perlu dipertahankan.
Pihak TNI sendiri, melalui Kodim 0801 Pacitan, terus melakukan pendekatan persuasif kepada warga. Salah satunya dengan mengedepankan komunikasi dua arah antara aparat dan masyarakat agar setiap potensi gangguan bisa dideteksi lebih dini.
Selain itu, Imam Musahirul juga menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam mendukung program keamanan. Misalnya, melalui ronda malam, komunikasi antarwarga, dan koordinasi dengan aparat desa jika terjadi persoalan di lingkungan.
“Pacitan ini dikenal daerah yang damai. Jangan sampai tercoreng hanya karena segelintir orang yang tidak peduli. Semua punya tanggung jawab untuk menjaga rumah besar kita ini,” ungkapnya.
Letkol Arh Imam Musahirul menutup pesannya dengan mengajak semua pihak sepakat menjaga keamanan dan kedamaian Pacitan. “Kita sepakat ya? Semua harus ikut menjaga, karena ini tanggung jawab bersama,” katanya.
Masyarakat sendiri menyambut baik ajakan tersebut. Beberapa tokoh warga menilai pernyataan Dandim sangat tepat, mengingat kondisi aman dan tenteram Pacitan memang sudah menjadi identitas daerah.
“Kalau ada masalah, kami biasa menyelesaikan dengan musyawarah, bukan keributan,” ujar tokoh agama Kecamatan Kebonagung, Nizar Bastari.
Dengan kondisi sosial yang relatif stabil, Pacitan diharapkan tetap menjadi contoh daerah yang damai di Jawa Timur. Nilai-nilai kearifan lokal seperti gotong royong, musyawarah, dan solidaritas dianggap menjadi modal utama dalam menjaga ketentraman.
Ajakan dari Dandim 0801 Pacitan itu sekaligus menjadi pengingat, bahwa dalam era keterbukaan informasi dan arus globalisasi, masyarakat perlu tetap berpegang pada nilai budaya sendiri. Tidak semua hal dari luar daerah cocok untuk diikuti, terutama jika berpotensi menimbulkan perpecahan dan kericuhan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Dandim 0801 Pacitan Ajak Warga Jaga Kedamaian: Budaya Kita Adem Ayem, Jangan Ikut yang Lain
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |