TIMES PACITAN, PACITAN – Bagi sebagian orang, jalan tanah berbatu di pedalaman Pacitan mungkin hanya medan berat yang sebaiknya dihindari. Namun bagi prajurit Kodim 0801/Pacitan, justru di sanalah kisah pengabdian dimulai. Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-126 menjadi bukti nyata hadirnya negara di pelosok yang jauh dari gemerlap perkotaan.
Sejak pagi buta, bersahutan bunyi cangkul, denting palu, dan tawa warga. Di antara kabut yang memeluk perbukitan, prajurit TNI bekerja bahu-membahu bersama masyarakat membangun akses jalan dan fasilitas desa. Seragam loreng hijau mereka tak lagi rapi; tanah, debu, hingga lumpur melekat. Namun semangat tak pernah luntur.
“Tidak ada yang berat kalau dikerjakan bersama rakyat. Kami datang bukan hanya untuk membangun jalan, tapi juga membangun harapan,” ujar Dansatgas TMMD 126, Dandim 0801 Pacitan Letkol Arh Imam Musahirul, Selasa (4/11/2025).
Medan licin berlumpur tak menghalangi tugas. Prajurit TNI  menarik truk material demi kelancaran pembangunan desa. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
TMMD ke-126 tahun ini kembali menyasar desa terpencil yang selama ini mengandalkan jalan setapak licin. Saat hujan, keadaan makin sulit. Kendaraan tak bisa lewat, petani memanggul hasil panen jauh ke jalan utama, dan penanganan kondisi darurat harus ditempuh dengan perjuangan. Realitas itu memantik langkah cepat para prajurit.
Para ibu menyiapkan teh panas dan singkong rebus untuk melepas lelah, bapak-bapak mengangkut pasir dan batu, sementara anak-anak menyambut alat berat dengan sorak kagum. Senyum mereka merekah setiap kali prajurit menyapa atau mengusap kepala kecil itu.
Di Desa Petungsinarang, Kecamatan Bandar, pemandangan itu kini menjadi rutinitas sejak TMMD bergulir. Prajurit, dengan seragam basah oleh keringat, menarik truk bermuatan semen di tanjakan sempit, berlumpur, dan berbatu. Tali tambang melingkari tubuh, sepatu bot penuh lumpur, nafas tersengal, tetapi mata berbinar penuh tekad.
Di desa terpencil ini, jalan bukan sekadar infrastruktur. Jalan adalah harapan. Dan lewat TMMD, harapan itu kini mulai terbuka.
Jalan Baru di Tengah Hutan, Jalan Baru untuk Masa Depan
Petungsinarang dulu dikenal sebagai wilayah sunyi di ujung Pacitan. Akses sulit, ekonomi tersendat, dan warga harus melintasi tanjakan curam untuk sekolah maupun berobat. Kini, melalui TMMD 126, jalan mulai dibuka, jembatan dirintis, hingga rumah ibadah diperbaiki.
Bagi Letkol Arh Imam Musahirul, TMMD bukan sekadar tugas militer, tetapi lebih kepada panggilan pengabdian. TNI hanya bagian dari upaya besar.
“Dengan semangat TMMD, kita wujudkan pemerataan pembangunan dan ketahanan nasional di wilayah,” tegasnya.
Rabat jalan penghubung Bandar–Tegalombo mulai tampak. Akses ekonomi warga pedalaman Pacitan kian terbuka. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Ia menjelaskan, program tahun ini memprioritaskan pembangunan jalan penghubung desa serta fasilitas sosial untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.
“Prioritas kami yang jelas membuka akses, meningkatkan mobilitas, dan mendorong kesejahteraan. Pembangunan ini untuk rakyat, dan kami ingin rakyat merasakan langsung manfaatnya,” lanjutnya.
Medan Berat Tak Menyurutkan Tekad
Medan Petungsinarang penuh tanjakan tajam, tanah licin, hutan rapat, dan lereng rawan longsor. Setiap hujan, tanah berubah menjadi lumpur pekat. Namun di situ pula persaudaraan menguat antara TNI dan warga bekerja tanpa sekat pangkat atau jabatan.
Anggota Kodim 0801 Pacitan, Serma Agus menceritakan kondisi lapangan.
“Medannya luar biasa. Banyak tanjakan curam, tanah licin, bahkan truk material pun harus ditarik bersama-sama,” ujarnya sambil tersenyum.
Di antara aroma humus dan rimbunnya hutan, terdengar tawa kecil di sela kerja. Ada yang mengangkat semen, mengaduk pasir, mengayun cangkul, sementara ibu-ibu menyiapkan teh hangat dan anak-anak berlari membawa bendera kecil.
“Tapi kami tak sendiri. Warga selalu ada, memberi tenaga, memberi hati,” ungkapnya.
Kayu yang Dulu Murah, Kini Bernilai Tinggi
Bagi warga, jalan baru ini adalah tanda kebangkitan. Bertahun-tahun hasil hutan sulit dipasarkan karena akses terbatas. Kini harga hasil alam meningkat.
Jumino (56), warga Desa Petungsinarang, tak kuasa menahan haru.
“Dulu kayu hanya sekitar lima ratus ribu rupiah. Sekarang bisa dua juta rupiah per pohon. Jalan ini bikin kami bisa jual keluar. Rezeki mulai terbuka,” tuturnya.
Anak petani kini bisa bermimpi lebih tinggi. Ibu-ibu dapat membawa hasil kebun ke pasar kecamatan tanpa menunggu ojek seminggu sekali.
Mimpi Kades dan Warganya
Kepala Desa Petungsinarang, Suryadi, tak mampu menyembunyikan rasa syukur.
“Kami hidup di desa terpencil, tapi tentara datang membawa perubahan. Ini bukan sekadar jalan, ini masa depan kami. Terima kasih Pak Dandim,” katanya.
Senada diungkapkan Panirah, warga lanjut usia itu menahan air mata saat kali pertama melihat kendaraan truk melintas di jalan yang dulunya setapak layaknya semak belukar.
“Saya tak pernah menyangka. Baru kali ini seumur hidup, kendaraan bisa lewat dusun kami,” ucapnya lirih.
Perempuan yang merupakan istri dari Jemu itu kini bisa merasakan tempat tinggal yang layak dari sebelumnya. Gubuk kayu kecil berukuran 4 meter persegi yang lokasinya ada di pelosok Dusun Ngagrik, Desa/Kecamatan Bandar itu menjadi satu diantara 9 RTLH bantuan TMMD 126 ini.
“Terimakasih Pak sudah dibuatkan rumah yang layak, saya ini hanya petani, makan juga dari hasil buruh,” katanya sambil menyeka air mata.
Memberi Ilmu, Menanam Kesadaran
Tidak hanya membangun fisik, TMMD juga menghadirkan penyuluhan hukum, kesehatan, wawasan kebangsaan, hingga ketahanan sosial. Anak-anak belajar cinta tanah air di balai desa. Ibu-ibu mengikuti edukasi kesehatan keluarga. Pemuda dilatih kesiapsiagaan.
Semua demi satu tujuan membangun manusia sekaligus membangun desa.
Sinergi Pemerintah Daerah
TMMD 126 dibuka oleh Asisten I Pemkab Pacitan, Kemal Pandu Pratikna, mewakili Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji. Pemerintah daerah memberikan dukungan penuh agar program selaras dengan rencana pembangunan wilayah.
“Kerja sama pemerintah daerah dan TNI adalah komitmen nyata membangun desa. Kami ingin setiap sudut Pacitan merasakan kemajuan,” ujar Kemal, Rabu (8/10/2025) lalu.
Antara Peluh, Doa, dan Cita-Cita
Menjelang senja, kabut kembali turun. Denting sendok di gelas teh menyatu dengan suara azan dari musala yang sedang dibenahi. Prajurit dan warga berhenti sejenak, membersihkan lumpur di tangan mereka.
Besok pekerjaan dilanjutkan lagi. Jalan belum sepenuhnya selesai, tetapi hasil sudah terasa. Jalan belum sempurna, namun asa terbuka luas.
Tidak ada panggung megah atau lampu sorot. Hanya tanah basah, langkah tegap, dan hati yang menyatu.
TMMD bukan sekadar membangun fisik. Ini kisah manusia, pengorbanan, dan cinta tanah air.
Di Petungsinarang, warga tidak sekadar menerima pembangunan. Mereka ikut membangun, bersama TNI.
Seperti disampaikan Dandim Letkol Arh Imam Musahirul, TNI akan selalu hadir untuk rakyat. Karena TNI lahir dari rakyat dan bekerja untuk rakyat.
Di jalan terjal dan lereng curam Desa Petungsinarang yang kini telah dirabat 100 persen itu, loreng TMMD 126 Kodim 0801 Pacitan melangkah berdampingan dengan rakyat, membuka jalan dan membuka harapan. (*)
| Pewarta | : Yusuf Arifai | 
| Editor | : Faizal R Arief |