TIMES PACITAN, SOLO – Sebanyak lima ton beras dan 300 ekor kambing disiapkan panitia untuk menjadi santapan ribuan jemaah yang menghadiri Haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi di Kota Solo, Jawa Tengah. Nasi kebuli menjadi hidangan utama dalam acara haul yang berlangsung sejak 9–13 Oktober 2025 di kawasan Masjid Riyadh, Pasar Kliwon.
Sebelumnya, Canggah Habib Alwi, Abdul Kadir bin Hasan Al Habsyi, menjelaskan bahwa seluruh bahan pangan tersebut akan diolah secara tradisional menjadi nasi kebuli, hidangan khas Timur Tengah yang kaya rempah.
“Makanannya kalau haul nasi kebuli. Kalau maulidnya kuah sama roti campur daging. Pakai kuah bayam dan gulai,” kata Abdul Kadir saat ditemui wartawan, Jumat (10/10/2025).
Nasi kebuli itu akan disajikan sepanjang pelaksanaan haul, baik siang maupun malam. “Malam sama siang Insya Allah ada terus (makanan) pada jam makan. Semampunya kita (hidangkan),” ujarnya.
Ribuan Jemaah dari Dalam dan Luar Negeri
Haul Habib Ali setiap tahun menjadi magnet bagi jemaah dari berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri. Tahun ini, jemaah yang hadir datang dari Malaysia, Singapura, Myanmar, Yaman, hingga Timur Tengah. Mereka memadati kawasan Pasar Kliwon untuk mengikuti rangkaian acara haul yang telah menjadi tradisi turun-temurun.
Demi kelancaran acara, Pemerintah Kota Solo melalui Dinas Perhubungan (Dishub) memberlakukan penutupan jalan dan rekayasa lalu lintas di sejumlah titik strategis. Penutupan jalan dilakukan di Jalan Kapten Mulyadi, mulai dari Simpang Pasar Kliwon hingga Simpang Baturono selama tiga hari, 11–13 Oktober 2025, mulai pukul 13.00 WIB.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Solo, Ari Wibowo, mengatakan arus lalu lintas akan dialihkan ke beberapa rute alternatif. “Arus lalu lintas dari arah utara yang akan menuju Sukoharjo dan Wonogiri belok kanan di simpang Loji Wetan–Jalan Mayor Kusmanto–Jalan Jenderal Sudirman–Bunderan Gladag. Jalan Slamet Riyadi Bundaran Gladag–Simpang Nonongan menjadi dua arah,” kata Ari.
“Belok kiri ke arah Nonongan masuk ke Jalan Yos Sudarso dan melanjutkan ke arah selatan. Jalan Kahar Muzakir Simpang Brigjen Sudiarto sampai Simpang Kusumodilagan diberlakukan dua arah mulai 11 Oktober pukul 13.00 WIB sampai 13 Oktober pukul 13.00 WIB,” tambahnya.
Sebagai dampak dari penutupan jalan, gelaran car free day di kawasan Slamet Riyadi, Jalan Juanda, dan Zona Olahraga Manahan ditiadakan sementara waktu selama pelaksanaan haul.
100 Juru Masak Sukarelawan
Proses memasak nasi kebuli dilakukan oleh sekitar 100 juru masak sukarelawan yang datang dari berbagai daerah seperti Pasuruan, Kudus, Palembang, dan Solo. Mereka bekerja di dapur umum Masjid Riyadh yang beroperasi 24 jam penuh.
“Kebanyakan, sebagian besar dari Pasuruan, dari Kudus, dari Palembang, sama dari Solo. Mereka sukarelawan,” kata Abdul Kadir Hasan Alhabsyi.
Para juru masak bertugas secara bergantian mengolah bahan pangan dalam jumlah besar untuk disajikan kepada jemaah selama lima hari. “Ini cara memasaknya pakai arang dan pakai tungku. Semuanya pakai arang sama batu-bata. Soalnya kalau kompor gas takutnya banyak gas di satu tempat, jadi lebih aman pakai arang,” jelasnya.
Ia menambahkan, aktivitas dapur tidak pernah berhenti. “Masakannya 24 jam, aktivitasnya enggak pernah kosong, mereka bertugas secara bergantian,” ucapnya. Jumlah sukarelawan akan bertambah menjelang puncak haul pada Sabtu (11/10/2025) malam.
Porsi Makanan untuk Puluhan Ribu Jemaah
Panitia memperkirakan sekitar 30.000 porsi makanan akan dibagikan kepada jemaah pada puncak haul. Jumlah itu masih jauh dari total jemaah yang diperkirakan mencapai ratusan ribu orang. Namun panitia memastikan setiap sesi makan selalu tersedia makanan bagi para tamu.
“Itu mungkin kalau dihitung bisa buat 30.000 orang [saat haul]. Walaupun masih belum memadai untuk hadirin yang ratusan ribu orang. Tetapi yang dapat insyaallah sekitar 30.000 orang,” ungkap Abdul Kadir.
Pembagian makanan dilakukan secara terorganisir. Hidangan yang telah diracik akan disimpan dalam lemari besar, kemudian dibagikan melalui pos-pos di area Masjid Riyadh dan sekitarnya. Menu nasi kebuli disajikan pada hari haul, Minggu (12/10/2025), sedangkan roti dan gule kambing disajikan saat peringatan maulid, Senin (13/10/2025).
Tradisi Haul dan Warisan Habib Ali
Haul merupakan peringatan wafatnya seseorang yang dianggap berjasa atau memiliki kedudukan penting, terutama tokoh agama. Haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi selalu menarik perhatian karena skala acaranya yang besar dan semangat gotong royong masyarakat yang kuat.
Jenazah Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi sendiri dimakamkan di Yaman. Namun, keturunannya banyak berdakwah di Solo dan sekitarnya. Beberapa makam keluarga Habib Ali, termasuk makam Habib Alwi, berada di area Masjid Riyadh, Pasar Kliwon. Keturunan inilah yang menjadi penggerak utama pelaksanaan haul setiap tahun.
Abdul Kadir, yang merupakan canggah dari Habib Alwi, terlibat langsung sebagai panitia penyelenggara. Ia mengatakan, semangat kebersamaan dan pelayanan kepada jemaah menjadi ruh dari acara haul. “Ini bukan sekadar peringatan haul, tapi momentum kebersamaan. Semua orang datang dengan hati yang ikhlas, membantu dengan cara masing-masing,” ujarnya.
Selain menjadi ajang spiritual, haul ini juga membawa dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Banyak warga membuka usaha kuliner, penyewaan perlengkapan acara, serta menyediakan penginapan bagi jemaah dari luar daerah.
Kesiapan Kota Solo
Pemerintah Kota Solo dan aparat keamanan telah melakukan berbagai persiapan untuk memastikan kegiatan berjalan tertib dan aman. Selain rekayasa lalu lintas, petugas gabungan juga akan dikerahkan untuk mengatur arus jemaah dan memastikan kegiatan ibadah berlangsung khusyuk.
“Acara ini bukan hal baru bagi Solo. Setiap tahun ribuan orang datang dan kota ini sudah terbiasa dengan pola pengamanan haul,” ujar Ari Wibowo.
Dengan tradisi yang terus terjaga, Haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi ternyata juga menjadi simbol toleransi, kebersamaan, dan gotong royong masyarakat Solo. (*)
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |